hari sudah sore ketika kami berdua duduk di pantai danau toba.sinar mentari kekuning-kuningan berkilau-kilau dibiaskan kebeningan air danau Toba.angin berhembus pelan.Dingin.Selain sunyi oleh keheningan alam kami juga tak berniat untuk bicara.Semua larut oleh pikiran masing-masing.

Entah berapa lama diam itu berkuasa,tak begitu kami pedulikan sebab ombak-ombak kecil dan teriakan-teriakan burung-burung danau sudah cukup untuk menggantikan sebuah percakapan.Aku lirik seiko yang menggelantung di tanganku,enam kurang lima belas,"akhirnya senja ini datang juga" batinku

"Selamat natal ya..!" aku buka mulut,dan memilih kata yang kebetulan melintas dibenakku.

"Maaf ya, tapi natal udah lewat,udah tanggal tigapuluh,bagiku ucapan demikian udah basi" suaranya datar dan pandangannya tak lepas dari air danau.Hatiku agak kecewa aja mendengarnya.

"Kamu masih marah ama aku?" tanyaku pelan.

"Aku gak pernah marah sama kamu" suaranya tetap datar.

"Oooo...!"

Kami diam lagi,dadaku terasa sesak.Timbul perasaan ragu untuk memilih antara diam dan bicara.Dan satu lagi bagaimana kalau aku salah memilih.

Bisu bukan sebuah kejanggalan lagi bagi kami,perasanku bilang 'ini tak bagus' ajaklah dia bicara,jangan hanya diam saja.Tapi aku lebih memilih untuk diam.Untung saja saat kami di pantai danau toba yang bersedia menerima semua perasaan itu.Dan pandanganku kubulatkan saja semua kesana,ke gemercikan air tentunya.

"Gimana kuliah kamu?" suaraku memecah keheningan setelah hampir sepuluh menit tanpa suara.

"Gagal semua, aku nggak bisa konsentrasi penuh belajarnya"akunya padaku.

"Kalau gito kita sama donk..,aku juga gagal semua" ucapku sambil tersenyum.

Dia memandangku,lalu mengernyitkan keningnya "Kamu gagal kok senang? pake senyum-senyum segala lagi" ketusnya kesal.

"Senang donk punya teman yang sama-sama gagal?" aku tertawa kecil.

Dia sedikit kesal mendengar perkataanku,dialihkannnya pandangan ke arah danau.Sama seperti dulu dia tidak suka banyak bicara.Akhirnya kami diam lagi.Bukan tidak ada yang menjadi bahan pembicaraan,tapi suasana diam mungkin lebih baik untuk saat itu,perhatian utama kembali kepada alam.

waktu terus merangkak, sore terasa begitu cepat berlalu, matahari sudah sepenuhnya bersembunyi dibalik bukit 'Dolok Pusuk Buhit'.Cahaya hanya tampak pada awan,sedang bumi kini teduh tanpa biasan-nya.Malampun tak berniat lambat-lambat ia segera meliputi daun-daun pepohonan.Begitu gelap,begitu hitam

'Venus' planet paling dekat dengan bumi mengawali kedatangan malam.Sinarnya yang berasal dari matahari terlihat begitu terang diatas danau toba meskipun saat itu awan masih berwarna kemerah-merahan, tetap saja 'dia' yang menjadi pusat perhatian kami untuk beberapa saat lamanya.Sang bintang senja.

Dia bangkit dari duduknya, mengibas-ngibaskan roknya membersihkan pasir yang melekat disana.

Seperti kedatangan kami disini tadi,tanpa kata sapa,duduk samping menyampingi, dan kepergiannya ini,juga tanpa permisi.

"Hah..." aku tertunduk dalam kebisuan.Malam tinggal kunikmati sendiri.Sedangkan langit sudah penuh dengan bintang.Burung-burung malam mulai berkoek-koek.Dan kelelawar tidak ingin ketinggalan. Sekejap saja mereka sudah memenuhi langit.

Disebelah barat,dikaki pegunungan, dari semak-semak mulai bermunculan hewan-hewan kecil yang mengeluarkan cahaya.kunang-kunang.Begitu banyak jumlahnya,membentuk sebuah bulatan yang hampir menyerupai lampu.Rasanya malam itu sangat indah

Tapi meskipun bintang,air danau dan kunang-kunang mencoba menghibur ,tetap saja rasa sepi itu menjalari seluruh nadiku.Hati yang terdalam berteriak " aku kesepian..............!!!!!!!" dan begitu kedinginan.

Aku terdiam menambah keheningan gelap.Rasa kesal,bercampur dengan rasa benci pada diri sendiri.Sampai saat ini,belum pernah aku mencoba membawa setangkai mawar ataupun bunga jenis lain untuknya.Harusnya itu sudah dari dulu,bukti bahwa aku benar-benar sayang sama dia, bahwa aku...! aku begitu cinta sama dia.


About this entry


0 coment: